This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Selasa, 10 Juli 2012

MUSKULOSKELETAL 4


    Macam-macam fraktur ?

Jenis Fraktur :
Lokasi
·         Fraktur dapat terjadi pada tulang di mana saja seperti pada diafisis, metafisis, epifisis, atau intraartikuler. Jika fraktur didapatkan bersamaan dengan dislokasi sendi, maka dinamakan fraktur dislokasi.
Luas
·         Terbagi menjadi fraktur lengkap (komplit) dan tidak lengkap (inkomplit). Fraktur tidak lengkap contohnya adalah retak.

Konfigurasi
·         Dilihat dari garis frakturnya, dapat dibagi menjadi transversal (mendatar), oblik  (miring), atau spiral (berpilin/memuntir seputar batang tulang). Jika terdapat lebih dari satu garis fraktur, maka dinamakan kominutif, jika satu bagian patah sedangkan sisi lainnya membengkok disebut greenstick. Fraktur dengan fragmen patahan terdorong kedalam ( sering terjadi pada tulang tengkorak dan wajah) disebut depresi, fraktur dimana tulang mengalami kompresi ( terjadi pada tulang belakang ) disebut kompresi.

Hubungan antar bagian yang fraktur
·         Antar bagian yang fraktur dapat masih berhubungan (undisplaced) atau terpisah jauh (displaced).

Hubungan antara fraktur dengan jaringan sekitar
·         Fraktur dapat dibagi menjadi fraktur terbuka (jika terdapat hubungan antara tulang dengan dunia luar) atau fraktur tertutup (jika tidak terdapat hubungan antara fraktur dengan dunia luar).

 
KLASIFIKASI

1. Berdasarkan garis fraktur

a. Fraktur komplit
Garis patahnya melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang

b. Fraktur inkomplit
Garis patahnya tidak melalui seluruh penampang tulang

-       Greenstick fracture: bila menegenai satu korteks dimana korteks tulangnya sebagian masih utuh juga periosteum akan segera sembuh dan segera mengalami remodeling kebentuk normal

2. Fraktur menurut jumlah dan garis patah/bentuk/konfigurasi

a.       Fraktur comminute: banyak fraktur/fragmen kecil tulang yang terlepas

b.       Fraktur segmental: bila garis patah lebih dari satu tetapi tidak berhubungan satu ujung yang tidak memiliki pembuluh darah menjadi sulit untuk sembuh dan keadaan ini perlu terapi bedah

c.       Fraktur multipel: garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang berlainan tempatnya. Seperti fraktur femur, cruris dan vertebra.

3. Fraktur menurut posisi fragmen

a.       Fraktur undisplaced (tidak bergeser): garis patah komplit tetapi kedua fragmen tidak bergeser, periosteumnya masih utuh.

b.       Fraktur displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur yang disebut juga dislokasi fragmen.

4. Menurut hubungan antara fragmen dengan dunia luar

a. Fraktur terbuka (open fracture/compoun frakture)

Fraktur terbuka karena integritas kulit robek/terbuka dan ujung tulang menonjol sampai menembus kulit.

Fraktur terbuka ini dibagi menjadi tiga berdasarkan tingkat keperahan:

-       Derajat I: robekan kulit kurang dari 1 cm dengan kerusakan kulit/jaringan minimal.

-       Derajat II: luka lebih dari 1 cm, kerusakan jaringan sedang, potensial infeksi lebih besar, fraktur merobek kulit dan otot.

-       Derajat III: kerusakan/robekan lebih dari 6-8 cm dengan kerusakan jaringan otot, saraf dan tendon, kontaminasi sangat besar dan harus segera diatasi

b. Fraktur tertutup (closed fracture/simple fracture)

Frakture tidak kompkleks, integritas kulit masih utuh, tidak ada gambaran tulang yang keluar dari kulit.

5. Fraktur bentuk fragmen dan hubungan dengan mekanisme trauma
a.       Fraktur transversal (melintang), trauma langsung
Garis fraktur tegak lurud, segmen tulang yang patah direposisi/direduksi kembali ketempat semula, segmen akan stabil dan biasanya mudah dikontrol dengan bidai gips.

b.       Fraktur oblique; trauma angulasi
Fraktur yang garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang. Fraktur ini tidak stabil dan sulit diperbaiki.

c.       Fraktur spiral; trauma rotasi
Fraktur ini timbul akibat torsi pada ekstrimitas, menimbulkan sedikit kerusakan jaringan lunak dan cenderung cepat sembuh dengan imobilisasi luar.

d.       Fraktur kompresi; trauma axial flexi pada tulang spongiosa
Fraktur terjadi karena ketika dua tulang menumpuk tulang ketiga yang berada diantaranya seperti satu vertebra dengan dua vertebra lainnya.

e.       Fraktur avulsi; taruma akibat tarikan (fraktur patela)
Fraktur memisahkan suatu fragmen tulang tempat insersi tendon atau ligamen.

6. Fraktur patologi
Terjadi pada daerah yang menjadi lemah oleh karena tumor atau prose patologik lainnya.
Black (1997). Medical surgical nursing. Philadelpia: WB Saunders Company



KLASIFIKASI FRAKTUR
Berikut ini terdapat beberapa klasifikasi raktur sebagaimana yang dikemukakan oleh para ahli:

a. Menurut Depkes RI (1995), berdasarkan luas dan garis traktur meliputi:
1) Fraktur komplit
Adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang yang luas sehingga tulang terbagi menjadi dua bagian dan garis patahnya menyeberang dari satu sisi ke sisi lain serta mengenai seluruh kerteks.
2) Fraktur inkomplit
Adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang dengan garis patah tidak menyeberang, sehingga tidak mengenai korteks (masih ada korteks yang utuh).

b. Menurut Black dan Matassarin (1993) yaitu fraktur berdasarkan hubungan dengan dunia luar,
meliputi:
1) Fraktur tertutup yaitu fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh, tulang tidak menonjol melalui kulit.
2) Fraktur terbuka yaitu fraktur yang merusak jaringan kulit, karena adanya hubungan dengan lingkungan luar, maka fraktur terbuka potensial terjadi infeksi. Fraktur terbuka dibagi menjadi 3 grade yaitu:
a) Grade I : Robekan kulit dengan kerusakan kulit otot
b) Grade II : Seperti grade I dengan memar kulit dan otot
c) Grade III : Luka sebesar 6-8 cm dengan kerusakan pembuluh darah, syaraf otot dan kulit.

c. Long (1996) membagi fraktur berdasarkan garis patah tulang, yaitu:
1) Green Stick yaitu pada sebelah sisi dari tulang, sering terjadi pada anak-anak dengan tulang lembek
2) Transverse yaitu patah melintang
3) Longitudinal yaitu patah memanjang
4) Oblique yaitu garis patah miring
5) Spiral yaitu patah melingkar

d. Black dan Matassarin (1993) mengklasifikasi lagi fraktur berdasarkan kedudukan fragmen yaitu:
1) Tidak ada dislokasi
2) Adanya dislokasi, yang dibedakan menjadi:
a) Disklokasi at axim yaitu membentuk sudut
b) Dislokasi at lotus yaitu fragmen tulang menjauh
c) Dislokasi at longitudinal yaitu berjauhan memanjang
d) Dislokasi at lotuscum controltinicum yaitu fragmen tulang berjauhan dan memendek.

3.       Etiologi fraktur ?

ETIOLOGI

        I.            Trauma langsung: benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur pada tempat itu
      II.            Trauma tidak langsung: bilamana titik tumpul benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan
    III.            Proses penyakit: kanker dan riketsia
    IV.            Compresion force: klien yang melompat dari tempat ketinggian dapat mengakibatkan fraktur kompresi tulang belakan
      V.            Muscle (otot): akibat injuri/sakit terjadi regangan otot yang kuat sehingga dapat menyebabkan fraktur (misal; elektrik shock dan tetani)
Apley. Buku ajar Bedah Ortopedi
   Patofisiologi fraktur ?


Patofisiologi:
Fraktur terjadi apabila ada suatu trauma yang mengenai tulang, dimana trauma tersebut kekuatannya melebihi kekuatan tulang, ada 2 faktor yang mempengaruhi terjadinya fraktur yaitu ekstrinsik (meliputi kecepatan, sedangkan durasi trauma yang mengenai tulang, arah dan kekuatan), intrinsik (meliputi kapasitas tulang mengabsorbsi energi trauma, kelenturan, kekuatan adanya densitas tulang tulang.
 Yang dapat menyebabkan terjadinya patah pada tulang bermacam-macam antara lain trauma (langsung dan tidak langsung), akibat keadaan patologi serta secara spontan. Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan. Trauma tidak langsung terjadi apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur, pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh. Tekanan pada tulang dapat berupa teknan berputar, membengkok, kompresi bahkan tarikan. Sementara kondisi patologis disebabkan karena kelemahan tuklang sebelumnya akibat kondisi patologis yang terjadi di dalam tulang. Akibat trauma pada tulang tergantung pada jenis trauma, kekuatan dan arahnya. Sementara fraktur spontan terjadi akibat stress tulang yang terjadi terus menerus misalnya pada orang yang bertugas kemiliteran.

Price, S. A. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Ed. 4. Jakarta: EGC




PATOFISIOLOGI
Menurut Black dan Matassarin (1993) serta Patrick dan Woods (1989). Ketika patah tulang, akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah, sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut adalah terjadi perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan sekitarnya. Keadaan ini menimbulkan hematom pada kanal medulla antara tepi tulang dibawah periostium dengan jaringan tulang yang mengatasi fraktur. Terjadinya respon inflamsi akibat sirkulasi jaringan nekrotik adalah ditandai dengan vasodilatasi dari plasma dan leukoit. Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh mulai melakukan proses penyembuhan untuk memperbaiki cidera, tahap ini menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang.

Hematon yang terbentuk bisa menyebabkan peningkatan tekanan dalam sumsum tulang yang kemudian merangsang pembebasan lemak dan gumpalan lemak tersebut masuk kedalam pembuluh darah yang mensuplai organ-organ yang lain. Hematon menyebabkn dilatasi kapiler di otot, sehingga meningkatkan tekanan kapiler, kemudian menstimulasi histamin pada otot yang iskhemik dan menyebabkan protein plasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal ini menyebabkan terjadinya edema. Edema yang terbentuk akan menekan ujung syaraf, yang bila berlangsung lama bisa menyebabkan syndroma comportement.


PATOFIS
Barbara C. Long menguraikan bahwa ketika tulang patah, periosteum dan pembuluh darah di bagian korteks, sumsum tulang dan jaringan lunak didekatnya (otot) cidera pembuluh darah ini merupakan keadaan derajat yang memerlukan pembedahan segera sebab dapat menimbulkan syok hipovolemik. Pendarahan yang terakumulasi menimbulkan pembengkakan jaringan sekitar daerah cidera yang apabila ditekan atau digerakkan dapat timbul rasa nyeri yang hebat yang mengakibatkan syok neurogenik.
Sedangkan kerusakan pada system persarafan, akan menimbulkan kehilangan sensasi yang dapat berakibat paralysis yang menetap pada fraktur juga terjadi keterbatasan gerak oleh karena fungsi pada daerah yang cidera.
Kerusakan pada kulit dan jaringan lainnya dapat timbul oleh karena trauma atau mecuatnya fragmen tulang yang patah. Apabila kulit robekan luka memiliki hubungan dengan tulang yang patah maka dapat mengakibatkan kontaminasi sehingga resiko infeksi akan sangat besar.

Gambaran klinis fraktur ? 

MANIFESTASI KLINIK

-       Edema/pembengkakan
-       Nyeri: spasme otot akibat reflek involunter pada otot, trauma langsung pada jaringan, peningkatan tekanan pada saraf sensori, pergerakan pada daerah fraktur.
-       Spasme otot: respon perlindungan terhadap injuri dan fraktur
-       Deformitas
-       Echimosis: ekstravasasi darah didalam jaringan subkutan
-       Kehilangan fungsi
-       Crepitasi: pada palpasi adanya udara pada jaringan akibat trauma terbuka

Aktivitas
Tanda          :
Keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena(mungkin segera, fraktur itu sendiri, atau terjadi secara sekunder dari pembengkakan jaringan, nyeri)

Sirkulasi
Tanda          :
Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri, ansietas)
Hipotensi (kehilangan darah)
Takikardia (respon stres, hipovolemia)
Penurunan/tidak ada nadi pada bagian distal yang cedera
Pengisian kapiler lambat
Pucat pada bagian yang terkena
Pembengkakan jaringan atau masa hematoma pada sisi cedera

Neurosensori
Gejala          :
Hilangnya gerakan/sensasi
Spasme otot
Kebas/kesemutan (parestesis)

Tanda          :
Deformitas lokal
Angulasi abnormal
Pemendekan
Rotasi
Krepitasi
Spame otot
Terlihat kelemahan/hilang fungsi
Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri/ ansietas/trauma)

Nyeri/kenyamanan
Gejala          :
Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area jaringan/kerusakan tulang; dapat berkurang dengan imobilisasi)
Tidak ada nyeri karena kerusakan syaraf
Spasme/kram otot (setelah imobilisasi)

Keamanan
Tanda          :
Laserasi kulit
Avulsi jaringan
Perdarahan
Perubahan warna
Pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba)
Apley. Buku ajar Bedah Ortopedi

 Pemeriksaan fraktur ?

PENGKAJIAN

Riwayat Penyakit :
 Dilakukan anamnesa untuk mendapatkan riwayat mekanisme terjadinya cidera, posisi tubuh saat berlangsungnya trauma, riwayat fraktur sebelumnya, pekerjaan, obat-obatan yang dikomsumsi, merokok, riwayat alergi, riwayat osteoporosis serta riwayat penyakit lainnya.

Pemeriksaan Fisik :
1. Inspeksi (look)
 Adanya deformitas (kelainan bentuk) seperti bengkak, pemendekan, rotasi, angulasi, fragmen tulang (pada fraktur terbuka).
2. Palpasi (feel)
 Adanya nyeri tekan (tenderness), krepitasi, pemeriksaan status neurologis dan vaskuler di bagian distal fraktur. Palpasi daerah ektremitas tempat fraktur tersebut, di bagian distal cedera meliputi pulsasi arteri, warna kulit, capillary refill test.
3. Gerakan (moving)
 Adanya keterbatasan gerak pada daerah fraktur.


Pemeriksaan Penunjang :
1.       Pemeriksaan radiologis (rontgen),
 pada daerah yang dicurigai fraktur, harus mengikuti aturan role of two, yang terdiri dari :
Mencakup dua gambaran yaitu anteroposterior (AP) dan lateral.
Memuat dua sendi antara fraktur yaitu bagian proximal dan distal.
Memuat dua extremitas (terutama pada anak-anak) baik yang cidera maupun yang tidak terkena cidera (untuk membandingkan dengan yang normal)
Dilakukan dua kali, yaitu sebelum tindakan dan sesudah tindakan.

2.       Pemeriksaan laboratorium, meliputi:
Darah rutin,
Faktor pembekuan darah,
Golongan darah (terutama jika akan dilakukan tindakan operasi),
Urinalisa,
Kreatinin (trauma otot dapat meningkatkan beban kreatinin untuk kliren ginjal).

3.       Pemeriksaan arteriografi
dilakukan jika dicurigai telah terjadi kerusakan vaskuler akibat fraktur tersebut.


TEST DIAGNOSTIK

-       X Ray: menentukan lokasi/luasnya fraktur/trauma
-       Scan tulang: menidentifikasi kerusakan jaringan lunak
-       Hitung darah lengkap:
Ht: mungkin meningkayt (hemokonsentrasi), menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh dari trauma multiple)
Peningkatan SDP: respon stres normal setelah trauma
-       Kreatinin: trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal
-       Profil koagulasi: perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah atau cedera hati

Smeltzer, S. C. (2008). Medical Surgical Nursing. Brunner & Suddart. Ed. 8. Jakarta: EGC
  

     Penanganan fraktur ?
·         Proteksi diri

Penatalaksanaan :
Penatalaksanaan fraktur mengacu kepada empat tujuan utama yaitu:

1. Mengurangi rasa nyeri,
 Trauma pada jaringan disekitar fraktur menimbulkan rasa nyeri yang  hebat bahkan sampai menimbulkan syok. Untuk mengurangi nyeri dapat diberi obat penghilang rasa nyeri, serta dengan teknik imobilisasi, yaitu pemasangan bidai / spalk, maupun memasang gips.

2. Mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur.
 Seperti pemasangan traksi kontinyu, fiksasi eksternal, fiksasi internal, sedangkan bidai maupun gips hanya dapat digunakan untuk fiksasi yang bersifat sementara saja.

3. Membuat tulang kembali menyatu
 Tulang yang fraktur akan mulai menyatu dalam waktu 4 minggu dan akan menyatu dengan sempurna dalam waktu 6 bulan.

4. Mengembalikan fungsi seperti semula
 Imobilisasi dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan atrofi otot dan kekakuan pada sendi. Maka untuk mencegah hal tersebut diperlukan upaya mobilisasi.


PRINSIP-PRINSIP PENATALAKSANAAN

Ada empat konsep dasar yang harus diperhatikan/pertimbangkan pada waktu menangani fraktur:
a)      Rekognisi: menyangkut diagnosa fraktur pada tempat kejadian kecelakaan dan kemudian di rumah sakit.
-       Riwayat kecelakaan
-       Parah tidaknya luka
-       Diskripsi kejadian oleh pasien
-       Menentukan kemungkinan tulang yang patah
-       krepitus

b)      Reduksi: reposisi fragmen fraktur sedekat mungkin dengan letak normalnya. Reduksi terbagi menjadi dua yaitu:
-       Reduksi tertutup: untuk mensejajarkan tulang secara manual dengan traksi atau gips
-    Reduksi terbuka: dengan metode insisi dibuat dan diluruskan melalui pembedahan, biasanya melalui internal fiksasi dengan alat misalnya; pin, plat yang langsung kedalam medula tulang.

c)       Immobilisasi:Setelah fraktur di reduksi, fragmen tulang harus dimobilisasi untuk membantu tulang pada posisi yang benar hingga menyambung kembali.

d)      Retensi: menyatakan metode-metode yang dilaksanakan untuk mempertahankan fragmen-fragmen tersebut selama penyembuhan (gips/traksi)

e)      Rehabilitasi: langsung dimulai segera dan sudah dilaksanakan bersamaan dengan pengobatan fraktur karena sering kali pengaruh cidera dan program pengobatan hasilnya kurang sempurna (latihan gerak dengan kruck).
 
Apley. Buku ajar Bedah Ortopedi

TINDAKAN PEMBEDAHAN
1.       ORIF (OPEN REDUCTION AND INTERNAL FIXATION)
-       Insisi dilakukan pada tempat yang mengalami cidera dan diteruskan sepanjang bidang anatomik menuju tempat yang mengalami fraktur
-       Fraktur diperiksa dan diteliti
-       Fragmen yang telah mati dilakukan irigasi dari luka
-       Fraktur di reposisi agar mendapatkan posisi yang normal kembali
-    Sesudah reduksi fragmen-fragmen tulang dipertahankan dengan alat ortopedik berupa; pin, sekrup, plate, dan paku

Keuntungan:
-       Reduksi akurat
-       Stabilitas reduksi tinggi
-       Pemeriksaan struktu neurovaskuler
-       Berkurangnya kebutuhan alat imobilisasi eksternal
-       Penyatuan sendi yang berdekatan dengan tulang yang patah menjadi lebih cepat
-       Rawat inap lebih singkat
-       Dapat lebih cepat kembali ke pola kehidupan normal

Kerugian
-       Kemungkinan terjadi infeksi
-       Osteomielitis

2.       EKSTERNAL FIKSASI
-       Metode alternatif manajemen fraktur dengan fiksasi eksternal, biasanya pada ekstrimitas dan tidak untuk fraktur lama
-       Post eksternal fiksasi, dianjurkan penggunaan gips.
-       Setelah reduksi, dilakukan insisi perkutan untuk implantasi pen ke tulang
-       Lubang kecil dibuat dari pen metal melewati tulang dan dikuatkan pennya.
-       Perawatan 1-2 kali sehari secara khusus, antara lain:
Obsevasi letak pen dan area
Observasi kemerahan, basah dan rembes
Observasi status neurovaskuler distal fraktur
Black (1997). Medical surgical nursing. Philadelpia: WB Saunders Company

 Penyembuhan fraktur ?

TAHAP PENYEMBUHAN TULANG

1.       Tahap pembentukan hematom
dalam 24 jam pertama mulai terbentuk bekuan darah dan fibrin yang masuk kearea fraktur. Suplai darah meningkat, terbentuklah hematom yang berkembang menjadi jaringan granulasi sampai hari kelima.

2.       Tahap proliferasi
dalam waktu sekitar 5 hari , hematom akan mengalami organisasi. Terbentuk benang-benang fibrin dalam jendalan darah, membentuk jaringan untuk revaskularisasi dan invasi fibroblast dan osteoblast yang akan menhasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai matriks kolagen pada patahan tulang. Terbentuk jaringan ikat fibrus dan tulang rawan.

3.       Tahap pembentukan kalus
Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai sisi lain sampai celah terhubungkan. Fragmen patahan tulang digabungkan dengan jaringan fibrus, tulang rawan dan tulang serat imatur. Perlu waktu 3-4 minggu agar frakmen  tulang tergabung dalam tulang rawan atau jaringan fibrus

4.       Osifikasi
Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam 2-3 minggu patah tulang melalaui proses penulangan endokondrial. Mineral terus menerus ditimbun sampai tulang benar-benar bersatu. Proses ini memerlukan waktu 3-4 bulan.

5.       Konsolidasi (6-8 bulan) dan Remodeling (6-12 bulan)
Tahap akhir dari perbaikan patah tulang. Dengan aktifitas osteoblas dan osteoclas, kalus mengalami pembentukan tulang sesuai aslinya.
(Apley. Buku ajar Bedah Ortopedi)

 Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur ?

ü  Usia penderita. Waktu penyembuhan tulang anak-anak jauh lebih cepat daripada orang dewasa. Hal ini terutama disebabkan aktivitas proses osteogenesis pada periosteum dan endosteum serta proses pembentukan tulang pada bayi sangat aktif. Apabila usia bertambah, proses tersebut semakin berkurang.
ü  Lokalisasi dan konfigurasi fraktur . Lokalisasi fraktr memegang peranan penting. Penyembuhan fraktur metafisis lebih cepat daripada fraktur diafisis. Di samping itu, konfigurasi fraktur seperti fraktur transversal lebih lambat penyembuhannya dibandingkan dengan fraktur oblik karena kontak yang lebih banyak.
ü  Pergeseran awal fraktur. Pada fraktur yang periosteumnya tidak bergeser, penyembuhannya dua kali lebih cepat dibandingkan dengan fraktur yang bergeser.
ü  Vaskularisasi pada kedua fragmen. Apabila kedua fragmen mempunyai vaskularisasi yang baik, penyembuhannya tanpa komplikasi. Bila salah satu sisi fraktur memiliki vaskularisasi yang jelek sehingga mengalami kematian, pembentukan union akan terhambat atau mungkin terjadi non-union
ü  Reduksi serta imobilisasi. Reposisi fraktur akan memberikan kemungkinan untuk vaskularisasi yang lebih baik dalam bentuk asalnya. Imobilisasi yang sempurna akan mencegah pergerakan dan kerusakan pembuluh darah yang menganggu penyembuhan fraktur.
ü  Waktu imobilisasi. Bila imobilisasi tidak dilakukan sesuai waktu penyembuhan sebelum terjadi union , kemungkinan terjadinya non-union sangat besar.
ü  Ruangan di antara kedua fragmen serta interposisi oleh jaringan lunak. Adanya interposisi jaringan, baik serupa periosteum maupun otot atau jaringan fibrosa lainnya akan menghambat vaskularisasi kedua ujung fraktur.
ü  Faktor adanya infeksi dan keganasan lokal.
ü  Cairan sinovial. Cairan sinovial yang terdapat pada persendian merupakan hambatan dalam penyembuhan fraktur.
ü  10. Gerakan aktif dan pasif pada anggota gerak. Gerakan aktif dan pasif pada anggota gerak akan meningkatkan vaskularisasi daerah fraktur. Akan tetapi, gerakan yang dilakukan pada daerah fraktur tanpa imobilisasi yang baik juga akan menganggu vaskularisasi.

Price, S. A. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Ed. 4. Jakarta: EGC

Komplikasi jika fraktur tidak ditangani adekuat ?

Komplikasi :

Penyebab komplikasi fraktur secara umum dibedakan menjadi dua yaitu bisa karena trauma itu sendiri, bisa juga akibat penanganan fraktur yang disebut komplikasi iatrogenik.

Kompikasi Umum :
Syok hipovolemia (karena perdarahan yang banyak), syok neurogenik (karena nyeri yang hebat), koagulopati diffus, gangguan fungsi pernafasan. Komplikasi ini dapat terjadi dalam waktu 24 jam pertama pasca trauma, dan setelah beberapa hari atau minggu dapat terjadi gangguan metabolisme yaitu peningkatan katabolisme, emboli lemak, tetanus, gas ganggren, trombosit vena dalam (DVT).

Komplikasi Lokal :
Jika komplikasi yang terjadi sebelum satu minggu pasca trauma disebut komplikasi dini, jika komplikasi terjadi setelah satu minggu pasca trauma disebut komplikasi lanjut.

Ada beberapa komplikasi yang terjadi yaitu :
·         Infeksi, terutama pada kasus fraktur terbuka.
·         Osteomielitis yaitu infeksi yang berlanjut hingga tulang.
·         Atropi otot karena imobilisasi sampai osteoporosis.
·         Delayed union yaitu penyambungan tulang yang lama.
·         Non union yaitu tidak terjadinya penyambungan pada tulang yang fraktur.
·         Artritis supuratif, yaitu kerusakan kartilago sendi.
·         Dekubitus, karena penekanan jaringan lunak oleh gips.
·         Lepuh di kulit karena elevasi kulit superfisial akibat edema.
·         Terganggunya gerakan aktif otot karena terputusnya serabut otot,
·         Sindroma kompartemen karena pemasangan gips yang terlalu ketat sehingga mengganggu aliran darah.

KOMPLIKASI
  
1. Komplikasi awal
-       Shock Hipovolemik/traumatik
Fraktur (ekstrimitas, vertebra, pelvis, femur) → perdarahan & kehilangan cairan ekstrasel ke jaringan yang rusak → shock hipovolemi.
-       Emboli lemak
-       Trombo emboli vena
Berhubungan dengan penurunan aktivitas/kontraksi otot/bedrest
-       Infeksi
Fraktur terbuka: kontaminasi infeksi sehingga perlu monitor tanda infeksi dan terapi antibiotik

2. Komplikasi lambat
-       Delayed union
Proses penyembuhan fraktur sangat lambat dari yang diharapkan biasanya lebih dari 4 bulan. Proses ini berhubungan dengan proses infeksi. Distraksi/tarikan bagian fragmen tulang
-       Non union
Proses penyembuhan gagal meskipun sudah diberi pengobatan. Hal ini disebabkan oleh fobrous union atau pseudoarthrosis
-       Mal union
Proses penyembuhan terjadi tetapi tidak memuaskan (ada perubahan bentuk)
-       Nekrosis avaskuler di tulang
Karena suplai darah menurun sehingga menurunkan fungsi tulang .              

Price, S. A. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Ed. 4. Jakarta: EGC


Minggu, 01 Juli 2012

Bismillah T.T

Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ...
Teringat saat ku putuskan
hubungan terlarang kita saat
itu,saat aku ingin belajar menjadi
lebih baik. Kau begitu murka
padaku ..tapi aku lebih takut pada
murka Allah Azza Wa Jalla ...
Tak apa kau begitu marah
padaku,sampai ku ingat kau
putuskan hubungan ukhuwah
kita ..
Kau tak mau mengenalku lagi, ini
lah yang paling aku benci dari
hubungan terlarang ...
Awalnya begitu indah ...
akhirnya begitu rendah ...
Tak ada lagi keindahan yang ada
hanya kebencian ...

Source: d'Cat Lovers

Rengkuh-Lepas (anti galau)

Disaat kamu ingin melepaskan seseorang..
Ingatlah pada saat kamu ingin mendapatkannya

Disaat kamu mulai tidak mencintainya...
 Ingatlah saat pertama kamu jatuh cinta padanya


Disaat kamu mulai bosan
 Ingatlah selalu saat terindah bersamanya

Disaat kamu ingin menduakan,
bayangkan jika dia selalu setia

 Disaat kamu ingin berbohong..
ingatlah saat dia jujur padamu

 Maka kamu akan merasakan arti dia untukmu
 Jangan sampai disaat dia sudah tidak disisimu, baru kamu sadari:

Yang indah hanya sementara
Yang abadi adalah kenangan
Yang ikhlas hanya dari hati
Yang tulus hanya dari sanubari
Tidak mudah mencari yang hilang
Tidak mudah mengejar impian
Namun yang lebih susah
mempertahankan yang ada meski
 sudah tergenggam bisa lepas juga..

Terbaik untuk Kita «


Menatapku menangis,engkau seperti dihujan salju
Menggigil seakan ingin mendekapku
Menatapku berduka,engkau seperti digerhana luka
 Sayu mata kau sembunyikan dariku
Tak ingin sedih terlihat olehku
 Harus bagaimana kusebut semua ini
Kaularung segala duka dihati
Dengan apa pula kumengganti tulusnya rasa
Jika dinding waktu terlalu kuat memisah kita
 Mungkin, memang harus begini cerita hatiku
Menangis tersedu tiada restu
Ikhlas, sudah semestinya bila kita saling melupakan
Melepas cinta lalu diam
Bukan sayang,, ini bukan hianat diri
Perpisahan bukanlah memupuk benci dihati
Karena dengan begini kita akan berhenti saling menyakiti
maaf,, dan inilah yang terbaik..


Rezeki ga kmna sobb,
wakakak.
By*ry.

Source: d'Cat Lovers

MUSKULOSKELETAL 3


OSTEOARTRITIS 
STEP 1
-
STEP 2
  1. Definisi sendi? Bagian-bagiannya? Fisiologi?
  2. Apa pengaruh pekerjaan sebagai buruh pabrik terhadap penyakitnya?
  3. Apa yang menyebabkan penderita ini susah berjalan?
  4. Mengapa saat lutut digerakkan terasa sakit? Dan ketika diistirahatkan sakitnya berkurang?
  5. Bagaimana gambaran (manifestasi) klinis skenario?
  6. Apa DD nya?
  7. Mengapa lututnya bengkak?
  8. Apa pemenriksaan penunjang?
  9. Macam-macam sendi?
  10. Apa penatalaksanaan?
  11. PF pada skenario?
  12. Apakah ada hubungan antara rasa sakit pada pergelangan tangan dengan lututnya yang bengkak?
  13. Apa faktor resiko penyakit tersebut? Adakah hubungannya dengan kegemukan?
  14. Mengapa yang diserang hanya pada persendian?
  15. etiologi, patofisiologi?
STEP 3
  1. Definisi sendi? Bagian-bagiannya? Fisiologi?
Definisi:
Persambungan tulang yang memungkinkan tulang-tulang tetap bergerak satu sama lain, maupun tidak dapat bergerak satu sama lain.
Bagian:
·         Tulang, membran sinovial, cairan sinovial, tulang rawan artikularis, kartilago fibrosa.
·         Kapsul (bantalan), membran sinovial (pelumas), tulang rawan (matrixàproteoglikan+kolagen), enzim2, sel kondrosit.
Fisiologi:
Pada saat bergerak ada suatu penekanan, cairan sendi akan bergeser pada daerah yang tertekan lebih kecil.
  1. Apa pengaruh pekerjaan sebagai buruh pabrik terhadap penyakitnya?
·         Pekerja beratà terus menerusà sendi digunakan terus menerusà cairan sinovial ausà sendi terganggu
·         Berdiri terus & gemuk à lutut terbeban berat
·         Dilihat dari F. Ekonomi: gaji cukupanà tidak membeli multivitamin untuk tulang & sendi.
  1. Apa yang menyebabkan penderita ini susah berjalan?
Peningkatan cairan sinovialàBengkakàga bisa digerakin
Bengkakà inflamasi
  1. Mengapa saat lutut digerakkan terasa sakit Dan ketika diistirahatkan sakitnya berkurang?
Terjadi osteofità penumbuhan tulang rawan baru pada tepinya.
  1. Macam-macam sendi?
Berdasar kemampuan gerak
·         Sinartrosis : sama sekali ga bisa digerakkan pada sendi (os.cranialà sutura)
·         Amphiartrosis: terdapat sedikit gerakan pada sendi (os. Vertebra)
·         Diartrosis: sendi bebas bergerak (lutut, siku, gelang bahu)
Berdasar jaringan penghubung
·         Fibrosa : jaringan penghubung di sinartrosis
·         Kartilago : jaringan penghubung di amphiartrosis
·         Membran sinovial : jaringan penghubung di diartrosis
  1. Apa DD nya? Gejala, tanda, faktor resiko.
·         AR( rheumatoid artristis): autoimunàmerusak membran sinovial à pembengkakan, ada gangguan :jantung, paru2. Simetris. Onset: 1 jam. Pagi hari
·         Nekrosis avaskular
·         Penyakit. Gout à kristal as. Uratà pembengkakanà beebrapa sendi kecil (jari2 tangan) à dibahas di LBM tua
·         SLE : penyakit di satu tempat (bisa terkena sendi karena autoimun)
·         OSTEOARTRITIS: di pinggul, lutut, bahu, vertebra lumbal, cervikal (banyak tempat). Tidak ada kristal as. Urat. Onset: <=30 menit. Di malam hari. Setelah istirahat baik lagi.

  1. Bagaimana gambaran (manifestasi) klinis skenario?
Osteoartritis: bengkak pada sendi (lutut, bahu, jari, vertebra cervikal & lumbal) , kekakuan dan rasa nyeri ketika digerakkan, krepitasi

  1. PF pada skenario?
Inspeksi: dilihat apa ada à bengkak? Benjolan? Perubahan gaya jalan?
Palpasi: nyeri pada sendi? Terasa panas? krepitasi?

  1. Apa pemenriksaan penunjang?
CT scan: cairan sinovial menumpuk atau tidak?
Px darah: autoimun apa tidak?
Px. Asam urat : ada tidak?
Px. LED : meningkat / tidak? à menghilangkan DD
Sinar X : fraktur atau tidak?
Px. Atroskopi: melihat radang sendi?

  1. Apa penatalaksanaan?
Obat antiradang, anti nyeri (aspirin), vitamin untuk persendian (meningkatkan pembentukan tulang rawan)
Nonfarmakologi: diet fisik, vit C untuk pengurang nyeri
Farmakologi: steroid, obat kondroprotektif.

  1. Apakah ada hubungan antara rasa sakit pada pergelangan tangan dengan lututnya yang bengkak?
Terjadi hampir bersamaanà cairan sinovial bertambah.

  1. Apa faktor resiko penyakit tersebut? Adakah hubungannya dengan kegemukan?
Faktor resiko: umur, gender: wanita (hormon), aktivitas berlebihan, trauma, kegemukan (beban berat), genetik, suku. Metabolik?
  1. Mengapa yang diserang hanya pada persendian?
Osteoartrhitis
  1. etiologi, patofisiologi?
Etiologi:

Patofisiologi:


STEP 4
ETIOLOGI
OSTEOARTRITIS
TERAPI
MANIFESTASI KLINIS : nyeri sendi, krepitasi, dll.
PF & PX. LAB
DD
FAKTOR RESIKO


 









STEP 7
  1. Definisi sendi? Bagian-bagiannya? Fisiologi?

Persendian Synovial
          Tulang rawan sendi: lapisan tulang rawan yg  melapisi ujung tulang yg bersendi
          Rongga sendi: ruangan di antara 2 tulang yg bersendi , terisi oleh cairan synovial
          Kapsul sendi: penutup rongga sendi
          Cairan sinovial: cairan albumin yang berguna sebagai pelumas dan makanan bagi sel-sel tulang rawan
          Membran synovial: melapisis bagian dalam rongga sendi kecuali pada rawan sendi
          Membran fibrosa: lapisan sebelah luar kapsul sendi
          Bursa: kantong2 kecil berisi cairan sinovialàberguna untuk mengurangi gesekan







DEFINISI
Sendi adalah semua persambungan tulang, baik yang memungkinkan tulang-tulang tersebut dapat bergerak satu sama lain, maupun tidak dapat bergerak satu sama lain.
Tulang-tulang ini dipadukan dengan berbagai cara, misalnya dengan kapsul sendi, pita fibrosa, ligamen, tendon, fasia atau otot.
(Patofisiologi Bk II Ed IV, Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson, EGC. )
Fisiologis
Secara fisiologis sendi yang dilumasi cairan sinovial pada saat bergerak terjadi tekanan yang mengakibatkan cairan bergeser ke tekanan yang lebih kecil. Sejalan dengan gerakan ke depan, cairan bergeser mendahului beban ketika tekanan berkurang cairan kembali ke belakang. (Price, 2005; Azizi, 2004).

  1. Apa pengaruh pekerjaan sebagai buruh pabrik terhadap penyakitnya?
Faktor predisposisi
Kegemukan, faktor genetik dan jenis kelamin adalah faktor resiko yang penting:
Umur
Faktor ketuaan adalah faktor terkuat. Osteoartritir hampir tak pernak pada anak-anak, jarang dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun
Jenis kelamin
Wanita lebih sering terjadi OA dibandingkan laki-laki. Predileksinya pada wanita adalah lutut sedangkan pada laki-laki adalah paha, pergelangan tangan dan leher. Hal ini diakibatkan oleh hormonal khususnya estrogen yang turun pada wanita yang telah menopouse
Suku bangsa
OA lebih sering ditemukan pada orang amerika asli daripada orang kulit putih, ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan
Genetik
Faktor herediter juga mempengaruhi, misalnya pada ibu dari seorang wanita OA terdapat 2 kali lebih sering OA dan pada anak-anak perempuannya cenderung 3 kali lebih sering daripada ibu tersebut. Adanya mutasi gen prokolagen II dan struktural lain misalnya kolagen tie IX dan XII, dikatakan berperan dalam timbulnya kesenderungan familial pada OA tertentu
Kegemukan dan penyakit metabolik
Disamping karena adanya faktor mekanis berupa beban mekanis yang berat, diduga terdapat faktor lain yang berperan pada timbulnya kelainan.
Cendera sendi, pekerjaan dan olahraga
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus berkaitan dengan peningkatan OA tertentu. Demikian pula dengan cedra sendi berkaitan dengan risiko OA yang lebih tinggi. Peran beban benturan yang berulang pada timbulnya OA masih menjadi pertentangan.
Kelaianan pertumbuhan
Kelainana kogenital dan pertumbuhan pada telah dikaitkan dengan timbulnya OA pada usia muda. Mekanisme ini diduga berperan lebih pada laki-laki dan ras tertentu
Faktor lain
Tingginya kepadatan tulang dapat meningkatkan risiko timbulnya OA, mungkin karena tulang yang lebih padat tak membantu mengurangi bebean yang ditemi oleh tulang rawan sendi, akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih mudah. Faktor ini diduga beperan pada tingginya timbulnya OA pada orang gemuk dan berlari(yang umumnya mempunyai tulang yang lebih padat) dan kaitan negatif antara osteoporosis dan OA. Merokok juga berpengaruh, walopun mekanismenya belum jelas
IPD jilid II


Biomekanik : Biomekanik yang terjadi akan merusak permukaan rawan sendi dan menyebabkan terjadinya kerusakan rawan sendi. Pada penelitian yang dilakukan di Bandungan pada tahun 2006,faktor risiko mekanik yang berpengaruh pada kejadian OA adalah membawa beban berat saat bekerja.Beban biomekanik mengarah kuat pada beban kondisi fisik dimana beban tersebut dipengaruhi oleh gravitasi berat badan (Elsie, 2007).
Hormonal : Frekuensi osteoartritis sendi lutut lebih banyak dialami pada wanita
daripada pria. Hal ini menunjukan adanya peran hormonal pada patogenesis                                    osteoartritis. Hormon estrogen meningkatkan produksi kalsitonin .Di Inggris angka                     kejadian ±50% pada usia diatas 60 tahun sedangkan pada wanita Indonesia yang                               berumur dibawah 40 tahun hanya 2% menderita osteoarthritis, 30% pada usia 40-60                      tahun dan 60% pada wanita usia lebih dari 61% (Kalim, 1995),(Parjoto, 2002).

  1. Apa yang menyebabkan penderita ini susah berjalan?
Kehilangan dari bantal cartilage menyebabkan gesekan antara tulang-tulang, menjurus pada nyeri dan pembatasan dari mobilitas sendi.



  1. Macam-macam sendi?
Berdasar kemampuan gerak
·         Sinartrosis : sama sekali ga bisa digerakkan pada sendi (os.cranialà sutura)
·         Amphiartrosis: terdapat sedikit gerakan pada sendi (os. Vertebra)
·         Diartrosis: sendi bebas bergerak (lutut, siku, gelang bahu)
Berdasar jaringan penghubung
·         Fibrosa : jaringan penghubung di sinartrosis
·         Kartilago : jaringan penghubung di amphiartrosis
·         Membran sinovial : jaringan penghubung di diartrosis
Secara anatomik, sendi dibagi menjadi 3, yaitu:
ü  Sinartrosis
Sinartrosis adalah sendi yang tidak memungkinkan tulang-tulang yang berhubungan dapat bergerak satu sama lain. Diantara tulang yang bersambungan tersebut terdapat jaringan yang dapat berupa:
§  Jaringan ikat (sindesmosis), seperti pada tulang tengkorak, antara gigi dan rahang, antara radius dengan ulna, dsb,
§  Jaringan tulang rawan (sinkondrosis), misalnya antara kedua os pubika pada orang dewasa,
§  Jaringan tulang (sinostosis), misalnya persambungan antara os ilium, os iskium dan os pubikum.
ü  Diartrosis
Diartrosis adalah sambungan antara 2 tulang atau lebih yang memungkinkan tulang-tulang tersebut bergerak satu sama lain. Diantara tulang-tulang yang bersendi tersebut terdapat rongga yang disebut kavum artikulare. Diartrosis disebut juga sendi sinovial. Sendi ini tersusun atas bonggol sendi (kapsul artikulare), bursa sendi dan ikat sendi (ligamentum). Berdasarkan bentuknya, diartrosis dibagi dalam beberapa sendi, yaitu:
§  Sendi engsel (interfalang, humeruoulnaris, talokruralis),
§  Sendi kisar (radioulnaris),
§  Sendi telur (radiokarpea),
§  Sendi pelana (karpometakarpal I),
§  Sendi peluru (glenohumeral),
§  Sendi buah pala (coxae).
ü  Amfiartrosis
Amfiartrosis merupakan sendi yang memungkinkan tulang-tulang yang saling berhubungan dapat bergerak secara terbatas, misalnya sendi sakroiliaka dan sendi-sendi antara korpus vertebrata.
(Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jld II Ed IV, FKUI.)
è Terdapat 3 tipe sendi Berdasar jaringan penghubung dan ada  tidaknya cairan sendi
:
1.       Sendi fibrosa (sinartrodial), merupakan sendi yang tidak dapat bergerak,
2.       Sendi kartilaginosa (amfiartrodial), merupakan sendi yang dapat sedikit bergerak,
3.       Sendi sinovial (diartrodial), merupakan sendi yang dapat digerakkan dengan bebas.
Sendi Fibrosa
Sendi fibrosa tidak memiliki lapisan tulang rawan, dan tulang yang satu dengan tulang lainnya dihubungkan oleh jaringan penyambung fibrosa. Salah satu contohnya adalah sutura pada tulang-tulang tengkorak. Contoh yang kedua disebut sindesmosis dan terdiri dari suatu membran interoseus atau suatu ligamen diantara tulang. Serat-serat ini memungkinkan sedikit gerakan tetapi bukan merupakan gerakan sejati. Perlekatan tulang tibia dan fibula bagian distal adalah suatu contoh dari tipe sendi fibrosa ini.
Sendi Kartilaginosa
Sendi kartilaginosa adalah sendi dimana ujung-ujung tulangnya dibungkus oleh tulang rawan hialin, disokong oleh ligamen dan hanya dapat sedikit bergerak. Sinkondrosis adalah sendi-sendi yang seluruh persendiannya diliputi oleh tulang rawan hialin. Sendi-sendi kostokondral adalah contoh dari sinkondrosis. Simfisis adalah sendi yang tulang-tulangnya memiliki suatu hubungan fibrokartilago, dan selapis tipis tulang rawan hialin yang menyelimuti permukaan sendi. Simfisis pubis dan sendi-sendi pada tulang punggung adalah contoh-contohnya.
Sendi Sinovial
Sendi sinovial adalah sendi-sendi tubuh yang dapat digerakkan. Sendi-sendi ini memiliki rongga-rongga sendi dan permukaan sendi dilapisi tulang rawan hialin.
Kapsul sendi terdiri dari suatu selaput penutup fibrosa padat, suatu lapisan dalam yang terbentuk dari jaringan penyambung berpembuluh darah banyak, dan sinovium, yang membentuk suatu kantung yang melapisi seluruh sendi, dan membungkus tendon-tendon yang melintasi sendi. Sinovium tidak meluas melampaui permukaan sendi, tetapi terlipat sehingga memungkinkan gerakan sendi secara penuh. Lapisan-lapisan bursa di seluruh persendian membentuk sinovium. Periosteum tidak melewati kapsul sendi.
Sinovium menghasilkan cairan yang sangat kental yang membasahi permukaan sendi. Cairan sinovial normalnya bening, tidak membeku, dan tidak berwarna. Jumlah yang ditemukan pada tiap-tiap sendi relatif kecil (1-3 ml). Hitung sel darah putih pada cairan ini normalnya kurang dari 200 sel/ml dan terutama adalah sel-sel mononuklear. Asam hialuronidase adalah senyawa yang bertanggung jawab atas viskositas cairan sinovial dan disintesis oleh sel-sel pembungkus sinovial. Bagian cair dari cairan sinovial diperkirakan berasal dari transudat plasma. Cairan sinovial juga bertindak sebagai sumber nutrisi bagi tulang rawan sendi.
Kartilago hialin menutupi bagian tulang yang menanggung beban tubuh pada sendi sinovial. Tulang rawan ini memegang peranan penting dalam membagi beban tubuh. Rawan sendi tersusun dari sedikit sel dan sejumlah besar substansi dasar. Substansi dasar ini terdiri dari kolagen tipe II dan proteoglikan yang dihasilkan oleh sel-sel tulang rawan. Proteoglikan yang ditemukan pada tulang rawan sendi sangat hidrofilik, sehingga memungkinkan rawan tersebut mampu menahan kerusakan sewaktu sendi menerima beban yang berat.
Tulang rawan sendi pada orang dewasa tidak mendapat aliran darah, limfe atau persarafan. Oksigen dan bahan-bahan metabolisme lain dibawa oleh cairan sendi yang membasahi tulang rawan tersebut. Perubahan susunan kolagen dan pembentukan proteoglikan dapat terjadi setelah cedera atau ketika usia bertambah. Beberapa kolagen baru pada tahap ini mulai membentuk kolagen tipe I yang lebih fibrosa. Proteoglikan dapat kehilangan sebagian kemampuannya untuk menahan kerusakan bila diberi beban berat.
Sendi dilumasi oleh cairan sinovial dan oleh perubahan-perubahan hidrostatik yang terjadi pada cairan interstitial tulang rawan. Tekanan yang terjadi pada tulang rawan akan mengakibatkan pergeseran cairan ke bagian yang kurang mendapat tekanan. Sejalan dengan pergeseran sendi ke depan, cairan yang bergerak ini juga bergeser ke depan mendahului beban. Cairan kemudian akan bergerak ke belakang kembali ke bagian tulang rawan ketika tekanan berkurang. Tulang rawan sendi dan tulang-tulang yang membentuk sendi biasanya terpisah selama gerakan selaput cairan ini. Selama terdapat cukup selaput atau cairan, tulang rawan tisak dapat aus meskipun dipakai terlalu banyak.
Aliran darah ke sendi banyak yang menuju ke sinovium. Pembuluh darah mulai masuk melalui tulang subkondral pada tingkat tepi kapsul Jaringan kapiler sangat tebal di bagian sinovium yang menempel langsung pada ruang sendi. Hal ini memungkinkan bahan-bahan di dalam plasma berdifusi dengan mudah ke dalam ruang sendi. Proses peradangan dapat sangat menonjol di sinovium, karena di daerah tersebut banyak mendapat aliran darah, dan di samping itu juga terdapat banyak sel mast dan sel lain dan zat kimia yang secara dinamis berinteraksi untuk merangsang dan memperkuat respons peradangan.
Saraf-saraf otonom dan sensorik tersebar luas pada ligamen, kapsul sendi, dan sinovium. Saraf-saraf ini berfungsi untuk memberikan sensitivitas pada struktur-struktur ini terhadap posisi dan pergerakan. Ujung-ujung saraf pada kapsul, ligamen dan adventisia pembuluh darah sangat sensitif terhadap peregangan dan perputaran. Nyeri yang timbul dari kapsul sendi atau sinovium cenderung difus dan tidak terlokalisasi. Sendi dipersarafi oleh saraf-saraf perifer yang menyeberangi sendi. Ini berarti nyeri dari satu sendi mungkin dapat dirasakan pada sendi lainnya; misalnya, nyeri pada sendi panggul dapat dirasakan sebagai nyeri lutut.
(Patofisiologi Bk II Ed IV, Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson, EGC. )

  1. Apa DD nya? Gejala, tanda, faktor resiko.
·         AR( rheumatoid artristis): autoimunàmerusak membran sinovial à pembengkakan, ada gangguan :jantung, paru2. Simetris. Onset: 1 jam. Pagi hari
·         Nekrosis avaskular
·         Penyakit. Gout à kristal as. Uratà pembengkakanà beebrapa sendi kecil (jari2 tangan) à dibahas di LBM tua
·         SLE : penyakit di satu tempat (bisa terkena sendi karena autoimun)
·         OSTEOARTRITIS: di pinggul, lutut, bahu, vertebra lumbal, cervikal (banyak tempat). Tidak ada kristal as. Urat. Onset: <=30 menit. Di malam hari. Setelah istirahat baik lagi.
Faktor resiko
o   Usia >60 th
o   Jenis kelamin : perempuan lbh byk drpada laki2
o   Suku bangsa :kaukasia lbh dominan drpd kulit putih
perbedaan cr hidup maupun frekuensi kelainan congenital dan pertumbuhan
o   Genetic
o   Obesitas dan penyakit metabolic
o   Cedera sendi karna pekerjaan dan olahraga
(Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jld II Ed IV, FKUI.)
§  Predileksi


Biasanya pada :
    1. Sendi lutut
    2. Panggul
    3. Beberapa sendi kecil di tangan dan kaki.

Yang dipengaruhi faktor keluarga :
    1. Ujung2 jari terutama jari jempol
    2. Persendian tulang leher
    3. Pinggang
    4. Lutut
    5. Pinggul

( Penyakit Tulang dan Persendian, DR. Faisal Yatim, DTM&H, MPH )
Gejala :
-          Nyeri sendi
-          Kaku sendi
-          Krepitasi (rasa gemeretak pada sendi yang sakit)
-          Bentk sendi berubah
-          Gangguan fungsi

Tanda :
-          Krepitus
-          Keterbatasan gerak
-          Nyeri tekan pada sendi dan periartikuler
-          Tnjlan tulang
-          Pembengkakan jaringan lunak
-          Pincang
-          Deformitas
-          Kelemahan otot/atrofi
-          Kulit permukaan sendi hangat/efusi sendi
-          Instabilitas
SUMBER : Panduan Diagnosis dan Pengelolaan Osteoartritis, Ikatan Rheumatologi Indonesia , 2004


  1. PF pada skenario?
Pemeriksaan fisik
·         Hambatan gerak
·         Krepitasi
·         Pembengkakan sendi asimetris
·         Tanda – tanda peradangan
·         Perubahan bentuk sendi yang permanen
·         Perubahan gaya berjalan
IPD Jilid II Edisi IV 2006


  1. Apa pemenriksaan penunjang?
CT scan: cairan sinovial menumpuk atau tidak?
Px darah: autoimun apa tidak?
Px. Asam urat : ada tidak?
Px. LED : meningkat / tidak? à menghilangkan DD
Sinar X : fraktur atau tidak?
Px. Atroskopi: melihat radang sendi?


 X-ray yang umum dari osteoarthritis termasuk kehilangan cartilage (tulang rawan) sendi, penyempitan dari ruang sendi antara tulang-tulang yang berdekatan, dan pembentukan bone spur (tulang spur).
Arthrocentesis jarum yang steril digunakan untuk mengeluarkan cairan sendi untuk analisa
Arthroscopy adalah teknik operasi dengan mana dokter memasukan tabung penglihat kedalam ruang sendi.

Analisa cairan sinovial yang diambil :
Pada cairan sinovial terdapat berbagai jenis marker yang berasal dari berbagai komponen ekstraselular matriks
Apa hubungannya?
Konsentrasi marker dalam cairan tubuh sangatlah erat hubungannya dengan fungsi metabolisme matriks molekul rawan sendi. Komponen antara lain : agrekan, COMP, Collagen II-propeptide yang nampak berubah konsentrasinya dalam cairan tubuh setelah ceredea atau pada OA
Apa jenisnya?
Ada banyak(silahkan lihat tabel 3. Marker molekuler dalam cairan sendi dan serum untuk metabolisme rawan sendi pada OA pembahasan osteoarthritis IPD jilid II)

Kesimpulannya : bahwa marker pada cairan sendi baik marker yang mendegradasi maupun yang mensintesis kolagen umunya meningkat, sedangkan marker OA pada serum hanya beberapa yang meningkat
Apa fungsi marker?
-          Uji diagnostik pada OA dapat menggunakanmarker :
keratan sulfat dalam serum untuk uji diagnostik OA Generalisata(tidak spesisifk , karena dipengaruhi umur dan jenis kelamin)
konsentrasi agrekan, fraginen, COMP ( masih tumpang tindih)
-          Uji evaluatif
Misalnya marker hialuronan serum digunakan untuk menentukan predileksi OA yang memburuk pada lutut dalam 5 tahun

  1. Apa penatalaksanaan?
Obat antiradang, anti nyeri (aspirin), vitamin untuk persendian (meningkatkan pembentukan tulang rawan)
Nonfarmakologi: diet fisik, vit C untuk pengurang nyeri
Farmakologi: steroid, obat kondroprotektif.
Pengeloaan OA berdasarkan atas sendi yang terkena dan berat ringannya
OA yang diderita ( Soeroso, 2006 ). Penatalaksanaan OA terbagi atas 3 hal, yaitu :

TERAPI NON-FARMAKOLOGIS
a. Edukasi
Edukasi atau  penjelasan kepada pasien  perlu dilakukan agar pasien dapat  mengetahui  serta memahami  tentang penyakit yang dideritanya, bagaimana agar penyakitnya tidak bertambah semakin parah, dan agar persendiaanya tetap terpakai.
b. Terapi fisik atau rehabilitasi
Pasien dapat mengalami kesulitan berjalan akibat rasa sakit. Terapi ini dilakukan  untuk melatih pasien agar persendianya tetap dapat dipakai dan melatih pasien untuk melindungi sendi yang sakit.
c. Penurunan berat badan
Berat  badan yang berlebih merupakan faktor yang memperberat OA. Oleh karena itu, berat badan  harus dapat dijaga agar tidak berlebih dan diupayakan untuk melakukan penurunan berat badan apabila berat badan berlebih).

TERAPI FARMAKOLOGIS
Penanganan terapi farmakologi melingkupi penurunan rasa nyeri yang timbul, mengoreksi gangguan yang timbul dan mengidentifikasi manifestasimanifestasi klinis dari ketidakstabilan sendi ( Felson, 2006 ).
a. Obat Antiinflamasi Nonsteroid ( AINS  ), Inhibitor Siklooksigenase-2 (COX-2), dan Asetaminofen
Untuk mengobati rasa nyeri yang timbul pada OA lutut, penggunaan obat AINS dan Inhibitor COX-2 dinilai lebih efektif daripada penggunaan asetaminofen. Namun karena risiko toksisitas obat AINS lebih tinggi daripada asetaminofen, asetaminofen tetap menjadi obat pilihan pertama dalam penanganan rasa nyeri pada OA. Cara lain untuk mengurangi dampak toksisitas dari obat AINS adalah dengan cara mengombinasikannnya dengan menggunakan inhibitor COX-2 ( Felson, 2006 ).
b. Chondroprotective Agent
Chondroprotective Agent adalah obat – obatan yang dapat menjaga atau merangsang perbaikan dari kartilago pada pasien OA. Obat    obatan yang termasuk dalam kelompok obat ini adalah : tetrasiklin, asam hialuronat, kondroitin sulfat, glikosaminoglikan, vitamin C, dan sebagainya ( Felson, 2006 ).

TERAPI PEMBEDAHAN
Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan  koreksi apabila terjadi deformitas sendi yang mengganggu aktivitas sehari – hari.

  1. Apakah ada hubungan antara rasa sakit pada pergelangan tangan dengan lututnya yang bengkak?
Saraf otonom dan sensorik tersebar luas pada ligamen, kapsul snedi dan sinovium. Saraf ini berfungsi untuk memberikan sensitivitas pada struktur ini terhadap posisis dan pergerakan. Ujung saraf pada kapsul. Ligamen dan pemubluh darah adventisia sangat sensitif terhadap peregangan dan perputaran. Nyeri yang timbul dari kapsul sendi cenderung difus dan tidak terlokalisasi. Sendi dipersarafi oleh saraf yang menyeberangi sendi. Ini berarti nyeri dari suatu sendi mungkin dapat dirasakan pada sendi lainnya, mislanya nyeri pada sendi panggul dapat dirasakan sebagai nyeri lutut

Patofisiologi Price and William

  1. Apa faktor resiko penyakit tersebut? Adakah hubungannya dengan kegemukan?
Faktor resiko: umur, gender: wanita (hormon), aktivitas berlebihan, trauma, kegemukan (beban berat), genetik, suku.